Cipriano Ribeiro Martins/Rodak Teki Timur lahir di Baucau,Laga, 26 September 1959, anak ke-5 dari 9 bersaudara, 2 laki-laki dan 7 perempuan. Anak dari Luís Martins dan Lucia Martins, dilahirkan di desa Samalari, Weru-Bere, ayahnya seorang petani, sewaktu masih 9 bulan Rodak kecil diadopsi oleh paman dan tantenya, Antero Martins dan Mariana Martins yang tinggal di Laga. Masa kecilnya dihabiskan di sekolah dasar (4° classe, Ensino Primaria Laga) di Laga pada tahun 1965-1971, lalu ia pindah ke Fatumaca untuk melanjutkan sekolah menengah pertama (Ciclo Preparatorio, Ensino Secundario 1971-1973) dan lulus pada 1973. Pada tahun 1973, ia melanjutkan sekolahnya di Sekolah Teknik Dr. Silva Cunha di Dili dengan mengambil jurusan eletrik mekanik (Curso Electrico Mecanicó/Escola Técnica, Dr. Silva Cunha), pada tanggal 20 bulan Mei 1975, ia tidak sempat menyelesaikan studinya karena situasi politik di Timor Leste pada saat itu mulai memanas. Invasi Tahun 1975 Pada masa invasi Indonesia di Timor Leste Rodak bergabung dengan pasukan Falintil berjuang melawan pasukan Indonesia di hutan. Pada waktu itu Rodak sebagai milisi Falintil/pasukan pendukung(Forsa KC/Capace) dibawa pimpinan komandan Daitula dan komandan Galuwai, bergerilya dihutan melawan pasukan Indonesia hingga pada tahun 1979 hancurnya basis pertahanan Falintil dihutan. Perubahan Struktur Komando Falintil Pasca tahun 1979(Reestruturasaun) Terjadinya perubahan struktur perjuangan Falintil di hutan pada tahun 1979, Rodak direkrut menjadi pasukan Falintil dibawah komando FC1 wilayah timur(FC1=Forças Concentrados 1/unit 1) dibawah pimpinan komandan Latuasa dan Komandan Mateu. Pada tahun 1980, Rodak diangkat menjadi Colaborador COMDOP Leste (Comando Operasional). Pada tahun 1985 dengan meninggalnya komandan FC1/unit1, komandan Faluchai dalam suatu baku tembak yang diduga dilakukan oleh Fernando Morais pengawal dari Luis Monteiro dari pihak Indonesia sebagai penghianatan, dalam suatu diskusi antara komandan Faluchai dan Luis Monteiro. Maka posisi komandan Faluchai digantikan oleh komandan Aluk dan Rodak sebagai wakil komandan FC1/unit 1. Rodak merangkap tiga(3) jabatan sekaligus yaitu sebagai Colaborador COMDOP(Comando Operasional), wakil komandan FC1/unit 1 dan juga sebagai komandan(1°Comandante) Compi B (Companhia B) dan wakil komandan (2°Comandante) adalah komandan Chaibada. Perubahan Struktur komando pada tahun 1989 Dengan berpindahnya Komandan Lere Anan Timur ke wilayah timur(ponta leste) dari wilayah tengah. Comando tertinggi Falintil (Sefi Estado Maior) mengangkat Komandan Lere Anan Timur menjadi wakil komando tertinggi Falintil (Sub Sefi Estado Maior) juga sekaligus menjabat sebagai komandan wilayah timur(Região Leste), Roodak tetap menjabat sebagai Colaborador COMDOP wilayah timur dan komandan dari Unit Gerilya wilayah utara(Unidades da Guerilha). Jabatan terakhir dari Rodak sampai pada tahun 1995 adalah komandan unit gerilya wilayah utara (1°Comandante) dan Colaborador COMDOP wilayah timur sampai pada tahun 1995 Roodak wafat dalam suatu pertempuran dengan TNI/tim Rajawali di wilayah perbatasan antara Baucau dan Lospalos(wilayah Binagua-Laivai). Kematian Rodak dalam suatu peyergapan yang dilakukan oleh tim Rajawali di wilayah perbatasan Baucau dengan Lospalos(Laivai-Laga) pada tangggal 7 juli 1995 jam 10 pagi. Semasa hidupnya, Rodak dikenal sebagai salah satu komandan Falintil yang sangat ditakuti oleh tentara Indonesia/TNI dan menjadi target komandan Falintil yang paling di cari oleh TNI. Pada tanggal 21 November 1986 dalam suatu operasi gabungan diwilayah illiomar/Naunili, Compi A yang dipimpin oleh komandan Aluk dan Compi B yang dipimpin Rodak melakukan penyergapan terhadap pasukan TNI/Zipur dalam pertempuran tersebut mereka berhasil membunuh tentara Zipur dan merampas 34 pucuk senjata dari TNI. Rodak juga sebagai pendiri organisasi gerakan bawah tanah (Clandestine) Sagrada Familia. Kematian Roodak dalam perjuangan kemerdekan Timor Leste merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi keluarga Rodak. Oleh IVAN RODAK JR

FalintilKopassusTNIIndonesiaMalaysiaSingaporeTimor Leste